Tuesday 7 November 2017

Meloncat Setinggi Kanguru: Mencoba Beasiswa Australia Awards Indonesia


Logo Australia Awards (sumber)

Atas request dari seorang adik tingkat yang pinter tapi rada gelo, gw mau nulis pengalaman daftar Australia Awards Indonesia! Beasiswa ini sudah berganti nama beberapa kali, dan menjadi salah satu beasiswa paling pretijius di Indonesia, bahkan melebihi LPDP (info dari awardee LPDP).

Alrighty! Singkat cerita, gw udah dua kali daftar AAI, yang pertama tahun 2016, yang kedua tahun 2017. Pendaftaran pertama langsung gugur di tahapan administrasi, karena memang belum punya IELTS tapi nekat daftar. Jadi dulu sempet kepikiran, kan setelah lolos administrasi akan dikasih kesempatan untuk tes IELTS, nah ngapain kita tes duluan kalo gitu? XD Tapi ternyata gw terlalu polos.

Pendaftaran kedua gw ikuti, dengan bermodalkan IELTS yang cukup tinggi (bisa buat modal S3 ke UCL), gw daftar dah tuh AAI 2017 yang buka bulan Februari - April. Pendaftaran kedua ini gw lakukan dengan dua klien privat IELTS gw yang juga memang mengincar AAI ini. Jadilah kita bertiga bareng-bareng ngerumusin segala keperluan dan syaratnya. Untuk kepengurusan dokumen administratif ini, jangan main-main ya. Karena prosesnya cukup sulit dan perlu kesungguhan, apalagi menulis Personal Statement-nya! Setelah lengkap, tinggal submit deh! Jangan submit mepet dari batas tutup, karena server-nya pasti overload dan beresiko gagalnya proses submit tersebut.

Setelah submit di DFAT, kita akan mendapatkan email lagi dari pengelola Indonesia, biasanya sih dari Kedubes Australia. Gw kurang tau kenapa, tapi di email tersebut kita diberikan link untuk mengisi beberapa form lagi, terpisah dari isian kita di DFAT. Karena tidak ambil pusing ya langsung aja gw isi dengan lengkap. Setelah ngisi? Yaa doa! Sekali submit udah ngga bisa revisi. Oh ya jangan lupa untuk menyimpan personal statement yang kalian isikan di web, karena setelah habis masa pendaftaran, personal statement kalian ngga bisa diakses lagi. Siapa tau lulus kan, pasti butuh baca ulang personal statement kalian agar semakin mantap saat interview!

Sekitar bulan Agustus (kalau tidak salah), gw dapet email dari staf Kedubes Australia yang menyatakan gw lolos tahap administrasi! FYI, dari 6000an pendaftar, yang diloloskan ke tahap interview cuma 600 orang alias 10%nya doang! Kebayang kan senengnya! Udah gitu, dari 600 orang, yang akan terpilih itu 300 orang, setengah dari jumlah peserta interview. Ini adalah salah satu beasiswa dengan rasio pendaftar dan penerima paling besar di dunia, coba kalian cari penyedia beasiswa yang memberangkatkan 300 orang dari negara yang sama? Nggak ada!

Nah ini uniknya, selain interview, kita juga dijadwalkan untuk tes IELTS. Walaupun IELTS kalian overall-nya 9.0, kalian juga akan disuruh ikut tes lagi XD Kali ini penyelenggaranya adalah IALF! Sebenarnya dari tes ielts sampai wawancara emang di sini sih, lokasinya di Plaza Kuningan South Tower lantai 3. Gw mempersiapkan diri sebaik mungkin! Ngebaca semua blog berisi pengalaman para awardee dan juga segala info yang berkaitan dengan Indonesia-Australia. Oh ya, nanti kalau masuk tahap interview, kalian juga akan dikirimi DVD dari AAI yang berisi segala informasi tentang AAI tahun itu. Nanti kalau ada waktu dan koneksi wifi kenceng, gw coba upload deh. Udah dapet permission juga dari panitia AAI XD

Fast forward, sampai lah pada tanggal seleksi IELTS. Bukannya sombong, tapi menurut gw tahap ini ngga begitu memberatkan karena toh gw udah nyiapin IELTS dari kapan tau. Jadi ya berjalan aja, persiapan juga ngga ekstrim banget. Daaan eng ing eng..... IELTS gw turun :( Tapi alhamdulillah masih memenuhi syarat ko. Entah cuma feeling aja atau gimana, IELTSnya lebih susah XD FYI, kalian akan mendapatkan hard copy Test Report Form IELTS ini sekitar sebulan - dua bulan dari tanggal test, jadi jangan khawatir ngga dikirim (kaya gw XD)

Tanggal interview pun tiba, dan gw super nervous menghadapi ini! Trauma dihajar 3 interviewer LPDP masih membekas di hati~ Wkwkwk You know what, gw baca hampir di semua blog orang, mereka bilang interviewernya baik-baik dan super ramah, kaya ngga berasa interview! Jadilah gw sumringah dan kegirangan, toh kalo ngga tegang kan jauh lebih enak. Sebelum interview, panitia dari Joint Selection Team (JST) memperkenalkan diri satu-satu terlebih dahulu. JST ini terdiri dari akademisi awardee AAI tahun-tahun sebelumnya, serta para ahli di bidangnya yang langsung didatangkan dari Australia! Jadi kalau anda bidang teknik, selamat menghadap expert kelas internasional deh. Wkwkwk but don't worry, mereka sangat ramah-ramah ko pas perkenalan. Setelah itu mereka mulai mencar dan masuk ruang masing-masing, dan peserta pun dipanggil satu persatu. Pengelompokan peserta dilakukan berdasarkan bidang ya!

Sampailah saat nama gw dipanggil. Gw cukup pede sih, karena gw ngerasa bahwa visi misi yang gw cantumin di Personal Statement gw udah tepat, toh buktinya gw bisa lolos administrasi. Apalagi ngebaca pengalaman di blog orang, interviewnya ringan dan tidak serem XD I have nothing to lose, why so nervous?

Seketika semua itu sirna...... Sirna! Musnah! Menghilang! Menyublim! Yak, semua kepedean dan imajinasi gw akan interview yang penuh senyum buyar seketika. Gw berhadapan dengan dua makhluk, satu wanita native Australian, expert in education, at least associate professor I guess, dan satu lagi pria yang merupakan dosen. Sebelum masuk ke interviewnya, gw coba kilas balik dulu ya pengalaman gw daftar beasiswa LPDP.

Semenjak masuk UNJ, gw pengen jadi dosen. Kenapa? Jadi dosen tuh asik, bisa neliti, ngembangin diri, bermanfaat buat masyarakat melalui pengabdian, serta bisa nyalurin ilmu yang kita dapet ke mahasiswa. What a perfect job! Gw suka baca, dan terkenal angker di kelas saat presentasi. Gw akan dipilih terakhir jika angkat tangan buat bertanya. Academic life buat gw tuh asik deh, endless dan selalu berkembang. Jadilah gw netapin diri buat jadi dosen. Namun syarat utama dosen adalah harus S2! That's why I wanna apply for scholarship! Saat beasiswa LPDP, gw punya pengalaman traumatis (lebay oy) terkait pilihan karir gw. It turns out that people now see lecturer as job for everyone. Kasarnya mah, udah kebanyakan yang mao jadi dosen. Dosen sering dijadiin pelarian bagi para sarjana yang bingung mao kemana. Aseli gw sakit hati banget digituin *petir* Okelah gw sadar udah banyak banget yang mao jadi dosen dadakan, tapi kalo harus disamain dengan orang-orang ngga bervisi itu, gw marah lah~ Dosen tuh buat gw impian, dan gw ngga setengah-setengah buat mencapainya! Gitu ceritanya~

Nah balik lagi ya, gw nulis Personal Statement AAI gw dengan visi tetep mau jadi dosen, tapi gw tambahin bumbu-bumbu bahwa gw akan kolaborasi dengan LPMP Banten untuk social devotionnya. Karena gw berpikir jadi dosen itu ngga punya social contribution secara langsung, makanya gw poles dengan LPMP tersebut. Dengan lolosnya Personal Statement, gw berasumsi bahwa polesan tersebut diterima oleh committee dong. Ternyata!!!! Tidak sama sekali XD Gw habis diberedel pertanyaan tentang visi gw sebagai dosen, dan mereka mengskakmat gw dengan pertanyaan, "You know it is a social development program, not a personal development program. How do you explain it?" Gw coba jelasin bahwa ketika jadi dosen nanti, gw akan bisa banyak berkontribusi buat masyarakat melalui berbagai skema seperti PKM dosen dan sebagainya, tapi mental semuaaa~~ Mereka melihat being a lecturer itu murni personal development, ngga punya impact signifikan terhadap social development yang memang jadi fokus mereka.

Kolaborasi LPMP yang gw udah tulis dan rencanakan ternyata ngga ditanya sama sekali XD dan sejujurnya, suasana interviewnya luar biasa menegangkan (at least buat gw), karena dua orang ini ngga ada senyumnya sama sekali XD Malah si cewe ini sering ngasih ekspresi muka "yah elah" gitu pas gw jawab. Pokoknya mati kutu deh dibuatnya. Segala macam teori dan konsep yang gw paparkan dimentalkan olehnya wkwkwk

Kedua, yang sejujurnya gw ngga fokusin banget, itu gw ditanya tentang niatan gw buat nerusin sekolah ortu. Ini kesalahan fatal! Gw langsung dihajar dengan pertanyaan "What else anyone want to build a private school except for a profit?" Jegerrrrr. Padahal mah yang gw tulis sekolah itu buat model laboratorium, dan gw pun paham batasan komersialisasi pendidikan. Tapi digituin duluan, gw pun pura-pura mati. Wkwkwk Intinya, ngga semua hal yang kita persepsikan dilihat sama oleh orang lain. Apalagi kalo mereka udah fixed di satu sudut pandang. Memang tren yang ada di beberapa negara, private school itu dijadikan profit-oriented seluruhnya. Yang ngelola pun perusahaan, bukan yayasan.

Akhir kata, gw sudah tau hasilnya sebelum diumumkan. Sedih sih, tapi ya memang lagi-lagi banyak banget kekurangan yang harus gw perbaiki. Senyum getir pas ngeliat email dari AAI. Kans buat lolos padahal jauh lebih besar dari beasiswa lainnya yang pernah gw coba. But yeah, life endless fight. Satu hikmah yang gw dapet, gw bisa punya another IELTS Ceritificate buat modal gw berjuang 2 tahun kedepan lagi wkwkwkwk better than nothing, huh?

nb: rasio 600:300 kasarnya kan 2:1 ya, berarti kita cuma harus berhadapan sama 1 orang untuk memperebutkan kuota tersebut. Tapi setau gw, perhitungannya ngga cuma rasio kasar kaya gitu. Ada beberapa prioritas seperti Geographic Focus Area (GFA), bidang prioritas, dan gender. Lengkapnya bisa baca di brosur AAI.


“The brick walls are there for a reason. The brick walls are not there to keep us out. The brick walls are there to give us a chance to show how badly we want something. Because the brick walls are there to stop the people who don’t want it badly enough. They’re there to stop the other people.”


6 comments:

  1. Anw, gw berasa kayak lagi ngerasain ketegangannya masa wkwk. Salah satu orang yang gue kenal pantang menyerah. Salute up, bro!
    Eh tapi, udah ada pengumumannya emang, Thur?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkw makasih komennya. Bentar lagi juga tumbang, selow XD

      Pengunguman mah udah lama, baru nulis sekarang

      Delete
  2. as always! XD sering-seringlah, kak, bisa berbagi duluan sebelum jadi dosen ~
    justru karena hitung-hitungan kakak itu bukan sih, akhirnya Allah bikin skenarionya jadi nggak semudah itu buat kakak. terlalu mudah wkwk, harus ada surprisenya, semacam pembelajaran gitu, buat ngurang-ngurangin tingkat somse barangkali wkwk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ebukan somse deng, yaa, pokoknya itulah; tingkat kepercayaan diri yang tinggi ituw ~ chayoooo, eyang! wqwq

      Delete
    2. Parah Nilam nusuk banget ngomongnya wkwkwkwk aseli dah, tapi ngga papa jadi bahan intropeksi diri 😂

      Yaa apalah namanya, intinya jalannya terjal dan berbatu 😂

      Delete

Thanks for the comment ^^