Sunday 19 November 2017

Membumikan Bahasa Langit: Berpikir Suprarasional



sumber
Bismillah...

Kali ini gw akan share pengalaman yang menurut gw luar biasa sekali, yang menurut gw cara Allah SWT memberikan petunjuk bagi hamba-Nya melalui berbagai jalan. Mengabulkan doa hambanya, yang meminta agar diberikan kelembutan hati untuk melihat dan menerima hikmah dan nasihat kebaikan.

Sekitar sebulan setengah yang lalu, nyokap ngewhatsapp sebuah gambar, isinya pelatihan matematika gitu. Setelah baca cermat, itu adalah pelatihan matematika nalaria realistik 4 hari 3 malam di Bogor. Gw pikir mah, kenapa gw ditarik-tarik buat belajar MTK gitu =_= terakhir belajar MTK pas SMK, pas kuliah pun dapetnya matkul statistika, bukan MTK murni. Akhirnya gw males sendiri dan angot-angotan ngeladeninnya. Dan jadilah gw kelewatan batas pendaftaran karena kuota sudah penuh. Alhamdu...? lillah :D

Nah minggu lalu, ternyata nyokap ngga nyerah dan ngirim info pelatihan itu lagi. Kali ini susah ngelesnya, ngga kepikiran juga buat bikin drama nabrak tiang, akhirnya ikut lah dengan terpaksa. 4 hari 3 malem belajar MTK, bayangkan! Gw sedikit trauma sama MTK karena dulu Logaritma pas SMK pernah dapet 0 besar sama pak Adi Candra XD Dan memang gw kaga jago-jago amat walaupun ngerti mah. Wkwkwk

Ada beberapa hal yang bikin gw tertarik. Lembaga penyelenggaranya adalah Klinik Pendidikan MIPA Seikhlasnya. Biasa disingkat KPM Seikhlasnya, lembaga ini udah punya reputasi nasional dan internasional. Yang keren? Mereka pake sistem seikhlasnya! Gw sebagai anak Manajemen (Pendidikan) pasti mengernyitkan dahi dong, mana ada lembaga bisa survive dengan bayaran ikhlas doang. Nyatanya mereka survive, dan sudah mendidik banyak siswa untuk menjadi pemenang berbagai olimpiade matematika tingkat nasional maupun internasional. Yang menarik kedua adalah nalaria realistiknya, gw sempet browsing-browsing dan nemuin konsep dasar mereka. Kalo guru di sekolah ngasi rumus dulu baru ngasi contoh, mereka ngasih contoh dulu, biarin siswa pake nalarnya untuk nemuin "how to solve this problem". Gw mah dulu boro-boro, ngikutin rumus aja sering salah, apalagi maen nalar XD Terakhir ada sih materi aneh yang menurut gw out of context, cara berpikir suprarasional. Apa pula ini XD

Singkat cerita, gw dan 2 rekan berangkat dari Kunciran ke Laladon, Ciomas, Bogor dengan menggunakan grab car. Alhamdulillah drivernya tau jalan, jadi ngga pusing nanya sana-sini. Sebenernya mau pake gocar, cuma kan max distancenya cuma 70 km ya. Perjalanan sekitar 2 setengah jam, sampailah kita di KPM Pusat Bogor pukul 10an. Setelah registrasi, kita dianter ke kamar masing-masing sama Pak Misbah. Kamarnya nyaman banget, khas padepokan gitu, ranjang tingkat, ada ACnya pula. Pas gw masuk, sudah ada barang tergeletak di atas ranjang, berarti udah ada orang dateng nih. Gw milih ranjang bawah, karena kalo di atas takutnya terjadi tragedi XD Selang selonjorin kaki 5 menit, yang punya barang masuk. Namanya Pak Tri, beliau masih muda dan sekarang ngajar di Al Azhar Karawang, dan lulusan pendidikan matematika UHAMKA. Di situ gw langsung rada minder sih, pesertanya aja levelnya guru Al Azhar. Gw ntar bisa apa wkwkwk ngobrol ngalor ngidur, ternyata beliau kenal dengan dosen dan koorprodi gw, Pak Supadi. Sekedar gambaran, pak Tri ini gayanya rapi tapi santai, pakai kaca mata, dan suka guyon yang kadang nyeleneh. Alhamdulillah ketemu orang yang enak diajak ngobrol dan humoris :D

Selang beberapa menit, dateng penghuni kamar ketiga, namanya Pak Agung dari Bandung. Orangnya mukanya adem, sundanya kentel, dan alhamdulillah sangat ramah juga. Gw tanya dari mana almamaternya, ternyata dari UPI.... Pendidikan Bahasa Jerman XD Gw seneng juga, ternyata ada yang sama nyasarnya sama gw di sini. Tapi ternyata beliau sudah memiliki banyak pengalaman mengajar, jadi ngga bisa disamain sama gw yang masih bau kencur dan bukan guru pula. Dateng lagi orang keempat, pak Sidik namanya, yang ternyata guru Al Azhar Depok, satu "aliran" dengan pak Tri. Beliau juga lulusan pendidikan matematika, dan gw dan pak Agung cuma bisa nyengir sambil ngeguyon terkait ketidaksinambungan eksistensi kita di sana. Pak Sidik masih muda, orangnya luar biasa rapi dan apik, cocok banget jadi guru deh. Sekilas gw lihat beliau pakai cincin, yang kemudian gw konfirmasi ternyata benar itu cincin tunangan. Alhamdulillah, moga-moga dilancarkan pak Sidik sampai hari H dan diberi keberkahan untuk keluarganya. Aamiin. Sebelum sholat zuhur, penghuni kelima datang, namanya pak Idham. Ngobrol saat makan siang, ternyata beliau adalah pengelola SMP Terbuka di daerah Serpong. Luar biasa!

Singkat cerita, gw sebenernya bukan mau nulis pelatihan matematika nalaria realistiknya, karena gw bukan ahli dan belum mampu menyampaikan. Rekan-rekan bisa ikut langsung aja biar berasa :D Atau bisa juga baca di website KPM, ada sedikit info juga di sana. Yang gw mau share di sini adalah pengalaman gw di tengah orang-orang hebat. Di tengah atmosfir kebermanfaatan yang luar biasa, di antara guru-guru hebat nan prestatif. Masuklah materi pertama, "Berpikir Suprarasional" yang dibawakan langsung oleh Presdir KPM, Pak Ridwan. Batch gw termasuk beruntung, karena pada batch sebelumnya pak Ridwan tidak bisa hadir karena mendampingi tim mengikuti olimpiade di Filipina. Beliau menyapa kita, dan langsung menyampaikan materi yang gw rangkum jadi beberapa poin.


1. Tipe Manusia
Ada empat tipe manusia menurut beliau; natural, rasional, supernatural, dan suprarasional. Natural adalah tipe orang yang tidak bisa mencari solusi, cenderung menerima keadaan dengan keluh kesah. Beliau menyampaikan tipe ini biasanya ada di pedesaan, yang misal musim kemarau, tanaman pada layu, mereka hanya bisa meratapi tanpa mencari solusi. Intinya mah ngeluh, kata beliau. Orang rasional, ini tipe paling banyak di antara ketiga tipe tadi. Tipe ini bekerja dengan prinsip kausalitas, mengikuti hukum alam. Kalau orang natural mah ngeluh, tipe ini bisa mencari solusi untuk permasalahan yang di hadapi. Misal, harga bawang jatuh, tipe rasional akan cari cara untuk ngolah bawang jadi misalkan, bawang goreng, kripik bawang, dan sebagainya. Logis, tapi masih dalam batas hukum alam.

Tipe ketiga, supernatural. Tipe ini kata beliau mah suka kerja sama setan dan jin. Misal, santet, guna-guna, ilmu mistis. Tipe ini sudah melampaui hukum alam, tapi tujuannya jahat, buruk. Nah tipe keempat ini, kata beliau sebutannya suprarasional. Logis, tapi bisa melampaui hukum alam. Manusia tipe ini bisa menyelesaikan masalah yang secara logika tidak terpecahkan baik dengan usaha maupun harta sebanyak apapun. Apa maksudnya? Kita coba masuk ke pembahasannya ya!

2. Berpikir Suprarasional
Orang-orang yang berpikir suprarasional mendasari pijakannya pada Kemahakuasaan Allah SWT. Ada banyak sekali masalah yang tidak bisa diselesaikan baik dengan harta maupun usaha. Misal, ngga punya anak padahal sudah puluhan tahun menikah. Atau pengalaman pak Ridwan, ketika pak Jokowi tidak bisa hadir di acara IMSO KPM, dan tiba-tiba beliau bisa hadir. Mereka tidak menyerah. Mereka menghambakan diri dengan cara menambah "segitiga biru". Bukan, itu bukan tepung terigu, tapi sebuah pemaknaan pak Ridwan untuk ibadah yang kita lakukan secara ikhlas karena Allah. Ternyata banyak sekali "keajaiban dan keberuntungan" yang dialami pak Ridwan selama hidupnya, yang beliau maknakan sebagai balasan dari Majikannya yang Maha Kuasa.

Untuk memahaminya, syaratnya adalah kita harus bekerja kepada Allah. Pak Ridwan punya kartu nama yang profesinya adalah "Karyawan Allah". Jadi bekerja harus kepada Allah, Majikan yang Maha Kaya, Maha Kuasa, Maha Mengetahui. Peserta diberi waktu 1 menit untuk memejamkan mata, meng-azamkan diri sebagai karyawan Allah. Ada satu peserta yang sampai menangis, mungkin karena lembut hatinya. Di sini gw ngerasa sangat kerdil, sekerdil-kerdilnya manusia yang kerja hanya kerja mencari uang. Yang sering meragukan bahwa rezeki adalah milik Allah, kesana-kemari cuma nyari untung, niatnya bukan ibadah :(

3. Merencanakan Kesusahan
Subsesi ini membahas tentang hukum absolut yang datang dari Allah, yang bahkan dituliskan di dalam Al-Qur'an 2 kali berdekata, yakni surat Al-Insyirah.

Karena sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan.

Aseli di sini gw bener-bener baru mikir, kenapa ayat ini sampe diulang gitu ya. Al-Qur'an, 1 huruf pun maknanya luar biasa luas. 1 Ayat statusnya sudah absolut, karenanya diwariskan oleh Rasulullah SAW sebagai pegangan ummatnya bersama al-Hadits. Dan ayat ini, surat Al-Insyirah ayat 5-6, mengulang dua redaksi dan makna yang sama. Ada apa gerangan? *cailah
Sekali lagi, pak Ridwan membumikan bahasa langit. Hukum susah-senang itu hukum Allah. Pasti. Setelah senang, pasti susah. Setelah susah, pasti senang. Gw sering ngalamin, kalo kebanyakan ketawa, pasti ada momen dimana gw harus sedih. Makanya kadang mikir, mending ngga usah banyak seneng dah, sedihnya ngga enak. Pak Ridwan bilang, banyak orang merencanakan kesenangan, namun hanya sedikit yang merencanakan kesusahan. Apa maknanya? Kesusahan yang kita lakukan dalam beribadah, bukan hanya hablumminallah ya, tapi juga hablumminannaas, itu harus kita rencanakan. Apa indikatornya? Kita merasa susah dan harus melakukan pengorbanan dalam melakukannya. Misal, punya uang 100 ribu. Sedekahin serebu mah, gampang. Sepuluh rebu, mulai tuh berat. Lima puluh rebu? Itu namanya susah. Pasti ada yang dikorbankan, misal harusnya makan pake ayam, jadi cuma pake tempe tahu. Itu merencanakan kesusahan. Bikin les/kelas belajar, biaya seikhlasnya. itu susah namanya, pasti perlu ngorbanin sesuatu! Shalat tahajjud, bangun jam 2 malem, itu susah! Ngga semua orang mau ngorbanin waktu istirahatnya buat bangun dan shalat malem.

Kenapa orang mau susah? Karena mereka percaya ayat yang sampai diulang 2 kali di atas. Mereka mau susah dulu, biar nanti diberi kesenangan oleh Allah. Susahnya mereka itu bukannya ngga dibayar, tapi tetap dibayar dengan catatan amal kebaikan, yang lagi-lagi dikonsepkan oleh pak Ridwan sebagai "segitiga biru". Di sesi ini, peserta diminta memejamkan mata dan merencanakan kesusahan apa yang mereka lakukan setelah pelatihan ini.

4. Pahala lebih utama dibandingkan uang/harta
Nah, ini adalah konsep segitiga biru yang baru dijelaskan oleh pak Ridwan. Mengapa disebut demikian? Karena beliau menggambarkan kesusahan dengan segitiga merah pada garis x dan y, sedangkan kebaikan digambarkan dengan segitiga biru. Banyak orang melakukan ikhtiar hanya sebatas usaha horizontal (x). Bisa dibilang, alas segitiganya itu luar biasa lebar. Namun orang itu tidak begitu memikirkan ikhtiar vertikal (y), berupa amalan kebaikan yang langsung disimpan oleh Allah. Nih deh dikasi realnya ya, sebuah segitiga merah punya tinggi (y) 2 meter dan luas alas (x) 2 meter. Nah kita ikhtiar nih, tapi fokus ke ikhtiar horizontal (x) 10 meter, tapi usaha vertikal (y) hanya 1 meter. Kalau secara hitungan, memang lebih luas segitiga biru. Tapi silakan rekan-rekan coba gambarkan di kertas, apakah mampu segitiga biru itu menutupi segitiga merah? Pasti ada kesusahan/kebutuhan yang masih belum tertutupi/terselesaikan dengan ikhtiar horizontal semata.

Di sini, segitiga biru ditambahkan dengan ikhtiar beribadah. Selain usaha, kita juga perlu untuk beribadah kepada Allah, baik dalam bentuk keshalihan pribadi maupun keshalihan sosial. Ikhtiar langit yang mampu memberikan momentum luar biasa untuk ikhtiar bumi. Pak Ridwan membahasakannya sebagai tabungan jiwa. Jika tabungan raga adalah apa yang kita kumpulkan berbentuk fisik, tabungan jiwa adalah kumpulan kebaikan kita yang mampu menambah segitiga biru.


Pemaknaan materi ini begitu membekas untuk gw, yang memang sudah hampir 13 kali gagal meraih beasiswa untuk lanjut studi. Gw selalu mencari variabel X, missing gap atas ikhtiar gw berkali-kali untuk mewujudkan mimpi orang tua melihat anaknya bisa studi ke luar dan membawa manfaat bagi Agama dan Bangsa. Namun diri gw sendiri masih sangat kerdil, hanya mengandalkan ikhtiar horizontal, dan bekerja layaknya seekor kerbau di sawah yang membajak hanya untuk mendapatkan pakan.

Alhamdulillah, Allah izinkan bertemu orang-orang hebat di KPM, berguru langsung ke Pak Ridwan yang luar biasa, ada Kang Asep yang sangat inspiring, Pak Ryky yang super, dan para punggawa Indonesia Ikhlas di KPM Bogor. Terima kasih sebesar-besarnya atas ibrah dan mutiara hikmah yang telah diberikan. Seperti perkataan imam al-Baghdadi, ilmu itu jika dijual, niscaya kau tidak akan bisa membelinya. Dan jika ia diberikan secara cuma-cuma, niscaya kau akan menganggapnya remeh karena kemudahan dalam mendapatkannya. Maka pergilah, rasakan perjuangan dalam mendapatkan ilmu yang engkau cari. Gw azamkan niat untuk mengamalkan ilmu "Seikhlasnya" yang gw dapat sesuai dengan kemampuan. Semoga Allah selalu meridhoi langkah karyawan-Nya yang sangat lemah dan kerdil ini. Aamiin.

Allah izinkan variabel X itu terjawab dengan indah dan penuh hikmah, sangat pas disandingkan dengan ayat ini:

".... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." QS Al-Baqarah: 216
 

No comments:

Post a Comment

Thanks for the comment ^^