Tuesday 29 November 2016

Sanjai Balado (Edisi Hijau)

Sumber
Yap, masih di sini, di depan laptop, dengan kondisi kuping yang budek sebelah. Ngetik cerita ini didepan sebungkus kripik balado cabe hijau yang dibawa bokap sebagai oleh-oleh dari Padang. Entah kenapa dari berbagai masakan dan cemilan dari Padang yang pernah gw rasain, gw masih tetep cinta sama rendang, keajaiban di dunia kuliner yang ga akan lekang oleh zaman! Hidup Rendang! *dicambuk sama tukang kerak telor*

Fluktuatif, mungkin itu kata yang tepat buat ngegambarin tahun 2016 ini. Kondisi naik, kondisi turun, naik lagi, turun lagi. Tapi gw suka sama dinamikanya, karena segalanya bikin gw mikir tentang banyak hal. Kegagalan mendapatkan beasiswa, romantisme yang berujung tragis, serta tekanan dari status pengangguran bener-bener menguras otak untuk terus khawatir dan bersikap cemas. Apalah arti motivasi dan kata-kata gw yang sering gw ucapkan tentang "mendobrak" masa depan kepada rekan dan adek kelas, ketika gw sendiri terkapar tak berdaya ditengah badai ketidakpastian. Kekhawatiran akan kematian angan, asa, dan rasa. Paul Coelho bilang "A Dreamer Cannot Be Tamed", seorang pemimpi itu ga akan bisa dijinakkan. Ia akan tetap liar, memandang jauh, mengangkasa. Tapi tak jarang juga kita temui, pemimpi yang terbangun dari angannya. Mereka yang entah tertunduk, atau tetap tersenyum, menerima rajutan takdir dari Sang Penenun. Satu hal yang pasti, gw ngga mau ngehapus semua postingan gw yang ada di blog ini. Entah itu postingan galau, keluh kesah, semangat, dan lainnya. Karena ketika gw ngebaca semua itu, gw jadi merasa punya perspektif dalam melihat suatu kejadian. Bagaimana lucunya gw ketika menghadapi romantisme tak bersimpul, atau momen ketika lagi kasmaran dan bikin puisi-puisi yang kalo dibaca sendiri tenyata kocak abis. Semua hal itu yang menjadikan gw adalah diri gw yang sekarang, semua hal itu bersatu pada titik kulminasi masa kini. Itupula alasan gw mengubah nama blog ini menjadi Epigraph, sebuah penggalan paragraf atau naskah yang dapat mewakili keseluruhan isi dari sebuah cerita.

Awal minggu ini bisa dibilang titik naik dari semangat gw yang sempat kendor setelah ditampar habis-habisan oleh pahitnya kenyataan hidup~~ Gw mulai merangkak kembali, menyusun rencana dan harapan untuk masa depan. Sepertinya mimpi gw untuk kuliah di Monash sudah gw padamkan, dialihkan kepada mimpi untuk berkuliah di Eropa. Dengan LoA dari University of Twente dan Glasgow University yang sudah di tangan, gw coba untuk mengadu nasib mencari beasiswa ke EROPA! Next target sih masih nunggu dari Edinburgh, Stockholm, dan juga Gothenburg. Ada empat total beasiswa yang bakal gw kejar di tahun 2017, yakni Orange Tulip Scholarship dan University Twente Scholarship (Belanda), Swedish Institute (Swedia), Beasiswa Unggulan, dan LPDP. Eh berarti ada lima ya. Beberapa beasiswa sudah applied dan mendapatkan konfirmasi pendaftaran, tinggal berdoa untuk proses seleksi dari pemberi dana. Fokus bulan ini adalah aplikasi untuk beasiswa Erasmus + Joint Master Degree di bidang Adult Education for Social Change. Bulan depan adalah persiapan untuk beasiswa Swedish Institute, dan Januari persiapan untuk beasiswa LPDP Batch 1. Beasiswa unggulan akan dibuka Maret, perkiraan akan bersamaan juga dengan beasiswa New Zealand, Australia Awards, dan beberapa beasiswa lainnya. 2017 ini jadi tahun pertaruhan terakhir gw untuk mendapatkan beasiswa, karena 2018 sertifikat IELTS gw udah abis masa berlakunya. XD Ya iya sih, bisa ngambil lagi. Tapi mungkin nanti deh buat beasiswa S3 aja. Mohon doa ya, semoga bisa menggapai mimpi di 2017 yang akan datang.

Sembari nunggu dan gedor tiap beasiswa, rencananya gw juga mau nyari kerja nich. Ada beberapa lowongan yang menarik sih, asal syaratnya part time aja. Gw juga tetep mau daftar S2 UNJ di awal 2017 nanti sebagai "pijakan" kalo nanti mimpi gw ga kesampean. Anyway, jujur gw sangat menikmati proses pengaderan gw sebagai Asisten Dosen di kampus. Entah kenapa gw enjoy banget dengan perkuliahan dan segala dinamikanya. Walaupun gw tau banyak banget mahasiswa yang gw ajar tidak menikmatinya seperti yang gw rasain. XD Satu hal yang masih melekat dan membuat gw hidup adalah idealisme gw untuk merubah segala stagnansi dan kondisi di kampus yang selama ini berjalan. Bahwa perkuliahan bukanlah menghafal dan duduk diam dalam kelas, bukan juga presentasi dengan bermodalkan teks narasi, tetapi perkuliahan adalah perwujudan dari ide gemilang mahasiswa penuh aksi! Sejujurnya gw masih dalam tahap pengumpulan respon dari mahasiswa yang gw ajar sih, gw pengen tau apa yang mereka rasain dengan cara ngajar gw yang bisa dibilang "mengagetkan". Dan, dari lubuk hati gw yang terdalam, gw kadang suka sedih ketika ada beberapa mahasiswa yang mungkin masih belum sepemahaman dengan niat baik yang coba gw sampaikan. Wajar ketika mereka merasa risih, toh dari semester 1 sudah dimatikan dengan ruangan 12x8 yang penuh dengan peraturan dan rutinitas. Perubahan ini bisa dibilang drastis, dan berisiko. Tapi seperti yang Prof. Sutjipto sampaikan, tidak ada proses perubahan yang mudah dan langsung diterima oleh tiap orang. Semoga kalian bisa menerima perubahan ini ya, atau setidaknya kembali hidup untuk mewujudkan cita-cita bangsa nantinya. :D Gw juga pasti akan selalu bersikap terbuka untuk menerima kritik, saran, dan nasehat yang disampaikan oleh berbagai pihak.

Banyak temen gw yang udah nikah. Gw tau ini gak nyambung sama sekali, tapi ya gapapalah sekalian dicampurin. Perjalanan asmara gw sampai detik ini masih gersang. Sekalinya diguyur hujan, malah hujan asam yang menambahkan luka~~~ Asoy. Entah kenapa ngga pernah berani punya target untuk persoalan yang satu ini. Beribu buku kajian manajemen pun tak akan ada yang bisa menjamin ketercapaian pelaminan secara efektif dan efisien.

Gw tau bahwa suatu saat, pemimpi pasti akan terbangun. Satu hal yang gw harapkan, gw ingin terbangun dalam fase akhir impian gw, ketika gw sudah menyelesaikan apa yang gw mulai. Gw akan menerima kenyataan hidup di hari tua.  Tersenyum dan tertidur. Ataukah mungkin, memulai sebuah mimpi yang baru? Entahlah.

“Every dreamer knows that it is entirely possible to be homesick for a place you've never been to, perhaps more homesick than for familiar ground.”

No comments:

Post a Comment

Thanks for the comment ^^