Sunday 25 September 2016

Seteko Teh Daun

Jadi.... ini pertama kalinya gw nyeduh teh daun..... di teko. Kaya orang jepang gitu, sambil ngetik-ngetik, sambil nuang teh pahit. Ini adalah trik gw untuk menyiasati rasa air hasil saringan Pure It di rumah yang agak aneh. Satu hal yang pasti, gw ga pernah suka teh celup. Teh daun itu harga mati! Walaupun kadang daunnya nempel di mulut sih. Dan gw selalu penasaran sama green tea atau teh oolong, apalagi yang namanya thai tea. Semoga my future wife (?) bisa bikinin aneka variasi teh ya.... *nyanyi Overjoyed*

Anyway, hari ini sebenarnya hari yang normal-normal aja. Alam semesta masih ada, tata surya masih beredar pada orbitnya, bumi masih muter di tempat, dan masyarakat masih tetap beraktifitas. But today, it is a "special" day for me! Hari ini merupakan pengunguman beasiswa unggulan kemendikbud, daaaaannnnnn....... gw ditolak. Ini menandakan kali keenam gw ditolak beasiswa. Sisa empat lagi, menurut prediksi gw.

It feels.... disappointing. Mungkin karena ekspektasi gw terhadap beasiswa ini cukup tinggi ya, dengan posisi keilmuan Manajemen Pendidikan menempati posisi pertama bidang keilmuan yang menjadi prioritas, wajar aja kalo gw rada ngarep. But damn, entah gimana caranya ngontrol harapan dan kekecewaan. Hahaha.

Next target: Sweden. Tempat dimana mitologi nordic, cerita-cerita tentang Asgard, Yggdrassil, Odin, Thor, lahir. Negeri dimana puasa aja sampe 18 jam =_=. Negeri dimana bisa ngeliat Aurora! Negeri yang sebelahan dengan Negara yang sistem pendidikannya terbaik di dunia, Finlandia! SWEDEN!

Berawal dari poster digital di grup kelas waktu dulu ngambil IELTS Camp di kampung Inggris, gw mulai tertarik dengan negeri ini. Mulailah komunikasi dengan Mba Titi Holmgren. Beliau semacam konselor/konsultan pendidikan Swedia untuk Indonesia gitu, jadi beliau tau betul seluk beluk pendidikan Swedia, lengkap dengan beasiswanya! Ini yang paling penting. Hahaha. Singkat cerita, gw langsung browsing untuk nyari programme yang sesuai sama minat gw. Entah kenapa ya, berawal dari iseng-iseng, gw malah nemuin program studi impian gw yang bisa dibilang 100% mirip sama apa yang gw bayangin dan gw cita-citakan. International Comparative Education at Stockholm University!

Simpelnya gini, dari dulu, kita selalu disuguhkan dengan berita bahwa kualitas pendidikan di Finlandia terbaik di Dunia, versi Pearson. Pemberitaan ini sempat heboh, dengan media yang juga kaya laron, ada cahaya dikit langsung pada ngerubung. Muncullah orang-orang dan akun-akun sotoy yang selalu mengkritik sistem pendididikan Indonesia, dengan cara membandingkan mentah-mentah dengan keadaan di Finlandia. Akun yang kadang isinya galauan, zodiak, cinta-cintaan, tiba-tiba jadi ahli pendidikan. Turut menyertai, para follower yang mendadak jadi ahli kurikulum dan ahli evaluasi pendidikan. GMZ!

Suatu hari, disaat gw lagi bengong di Hima, mata gw menangkap suatu buku yang menurut gw cukup menarik. Buku tentang supervisi berjudul A Basic Guide to Supervision and Instructional Leadership karya Glickman. Dibuku itu, ada satu fakta menarik yang menyatakan bahwa dulu, di suatu masa, pendidikan di negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa pernah pada fase "kelam"nya. Fase pendidikan Indonesia sekarang ini. Irrelevansi kurikulum, guru yang kurang kompeten, orang tua yang belum terlibat, dan segala macamnya. Negara maju bisa berada pada fase pendidikan sekarang karena mereka mampu melakukan reformasi pendidikan di negaranya, dan inilah kata kunci yang selalu saya cari. Reformasi Pendidikan.

Identifikasinya perlu pemahaman mendalam terkait kondisi suatu negara, dari aspek historis, antropologis, sosiologis, dan berbagai aspek lainnya. Perlu penggalian yang mendalam untuk dapat mereplikasi reformasi pendidikan yang terjadi di negara-negara maju. Inilah cita-cita paling baru gw, untuk dapat menciptakan sebuah reformasi pendidikan untuk Indonesia. Dan ini gw mulai dengan belajar kepada negara yang sudah melaluinya. Ada istilah bahwa orang bijak belajar dari kesalahannya, tetapi orang cerdas akan belajar dari kesalahan orang lain. Ini, kata Pak Suryadi, dosen saya di UNJ, yang disebut dengan quantum leap. Loncatan kuantum. Loncatan untuk menghindari "lubang" yang seharusnya sudah dapat terlihat, sudah dapat teridentifikasi, sehingga tidak perlu kita "mencobanya" lagi!

Sebuah model, atau platform, yang disiapkan untuk memecah lingkaran setan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Kebuntuan, kematian "jiwa" pendidikan yang terus menghantui. Stagnansi para pendidik dan tenaga pendidikan dalam mengelola segala sesuatunya. Sebuah model yang dapat bersanding dengan kearifan lokal yang dimiliki Indonesia, beradaptasi dengan segala karakteristik Indonesia! Semoga gw bisa menggapai cita-cita ini. Aamiin!

Gw sadar tulisan gw ga ada nyambung-nyambungnya dengan judul aneh post ini. Satu hal yang menurut gw menarik, entah kenapa semua kegagalan beasiswa itu menuntun gw ke jalan ini. Jalan dimana gw menemukan jurusan yang benar-benar gw inginkan. Jurusan yang menurut gw bisa membantu mimpi gw jadi kenyataan!

It is always interesting, how things in life work. One thing for sure, there is always He who writes everything. The only obligation we must do is try and pray! Semoga ini jalan terbaik untuk gw dalam menggapai cita-cita ini.

"Work, while they sleep. Learn, while they party. Save, while they spend. Live, like they dream."

1 comment:

Thanks for the comment ^^