Monday 11 April 2016

Persiapan IELTS di Kampung Inggris, Pare, Kediri



“If there is no one who wants to come with you in a journey, you should just go alone. There, you will find person with the same interest.” Line Account 8fact

Meskipun keterikatan dan ketergantungan yang cukup banyak dengan berbagai urusan di Jakarta dan Tangerang, hari Rabu 6 April 2016 gw meluncur ke PO Rosalia Indah di Kreo dan memesan tiket bus tujuan Kediri. “Yang Patas AC ada mba?” Tanya gw. “Adanya VIP mas, yang lain ga ada” sautnya. Sempat terbesit untuk memesan tiket Super Executive, namun budget yang tipis mengurungkan niat gw. Setelah uang diberikan, SABTU, 9 APRIL 2016 JAM 13.00 GW RESMI BERANGKAT MENUJU KEDIRI! Meninggalkan segala urusan dan keperluan yang sedang melambai-lambai -_-


Bus berangkat pukul 12.51 dari Pool Kreo, menuju Lebak Bulus dan beberapa tempat penjemputan untuk mengangkut penumpang. Perjalanan cukup tersendat di tol Cikampek, terlebih lagi ada sebuah truk yang patah as roda di daerah Dawuan. Selepas dari Dawuan memasuki Pantura, perjalanan menjadi lancar. Bus melaju dengan kecepatan sedang, dikemudikan oleh Supir 1. (Gw baru sadar ada supir substitusi di tiap bus Rosalia)

Pukul 20.30, kami sampai di Resto milik Rosalia Indah berlokasi di Indramayu. Setelah menempuh perjalanan yang “basah”, akhirnya kami dapat menikmati santap malam. Menu yang disajikan adalah sayur labu, sayur tahu, dan ikan bawal goreng. Antrian prasmanan cukup mengular, mengindikasikan banyak penumpang yang kelaparan. Gw menyendok nasi dengan porsi yang cukup banyak, mengingat perjalanan yang masih amat jauh.

Saat sedang menyantap makan, seorang ibu-ibu datang menghampiri. Ah, ternyata Ibu Fathul, teman sebangku gw di bis. Beliau sangat ramah, gw sangat menikmati berbagai obrolan dengan beliau. Perjalanan yang tadinya gw kira hanya akan penuh dengan musik-musik dangdut dari playlist kondektur, ternyata juga diwarnai dengan obrolan hangat.
Rosalia Indah!
Rosalia Indah merupakan salah satu raksasa armada transportasi darat lintas Jawa. Kalau diperhatikan, sepanjang perjalanan malam menuju Kediri, banyak sekali armada Rosalia Indah yang berpapasan di jalan. Restonya pun megah, didesain untuk menampung banyak pelanggan untuk menikmati hidangan. Tersedia juga toilet dan musholla yang cukup nyaman, sehingga saya merasa puas dengan pelayanannya. Tak lupa juga dengan masakannya yang saya rasa cukup lezat, mengingat ini merupakan masakan masal.

Perjalanan dilanjutkan kembali dengan Supir 2 yang super zuper duper ekstrim dalam mengemudi.... tapi sebenernya ini salah satu tujuan gw naik bus, biar bisa ngerasain kecepatan dan kegilaan bus malam. You should try it too, I mean it! Sekitar pukul 01.00 dini hari kami telah mencapai Alas Roban, titik dimana jalan meliuk-liuk. Bagi yang memiliki mabuk darat, ini merupakan titik kritis untuk mereka. Terbukti beberapa penumpang langsung menyambar kantong kresek hitam. Gw memilih untuk tidur sejenak, mengingat perjalanan yang masih cukup panjang. Namun di daerah Boyolali, bus berhenti di pinggir jalan. Ternyata ada salah satu armada Rosalia Indah yang mengalami gangguan. Bus kami lalu mengangkut penumpang yang terlantar, untuk selanjutnya di drop di Kantor Pusat Rosalia Indah yang ada di Surakarta alias Solo. Tak lama setelah itu, bus mampir ke sebuah pom bensin untuk mengisi solar. Usut punya usut, bu Fathul menceritakan bahwa Pom Bensin tempat mengisi bahan bakar bus tersebut juga merupakan milik PT Rosalia Indah. Kebayang kan betapa besarnya perusahaan ini!

Pukul 04.00 kami meninggalkan Solo untuk menuju Madiun. Sempat mampir di Ngawi untuk beristirahat, bus kembali melanjutkan perjalanan menuju Nganjuk. Teringat sejenak lagu alun-alun nganjuk, yang liriknya cukup merana. Tanpa bergalau lama (?), bus akhirnya memasuki Kabupaten Kediri!!! Perjalanan sekitar 18 jam akhirnya akan segera berakhir! Segera setelah memasuki kota, sang kondektur berteriak “Jembatan Baru! Yang mau ke Kampung Inggris Pare, ayo ayo!” Sontak gw pun terkejut, karena gw kira akan turun di terminal Kediri di pusat kota. Buat yang mau ke sini, bilang aja ke kondekturnya ya nanti pasti tau.

Setelah turun, saya berpisah dengan bu Fathul yang sedang menunggu jemputan keluarganya. Gw pun menunggu di kursi kayu yang berada di tikungan. Setelah mengonfirmasi ke beberapa orang disitu, gw pun menunggu sebuah mobil carry/espass yang katanya akan lewat dan langsung menuju Pare. Selang 15 menit menunggu, mobil pun akhirnya datang. Dengan kondisi mobil yang cukup mengkhawatirkan, sang sopir berteriak “Pare Pare Pare!” Gw langsung berdiri dengan mantap dan membuka pintu depan lalu duduk dengan manisnya. Perjalanan dari Jembatan Baru menuju Desa Pelem, Pare, cukup menggugah mata. Dikelilingi oleh sawah dan lading tebu, gw cukup menikmati perjalanan ini. Andaikan matahari lebih bersahabat, perjalanan pasti akan lebih nikmat. Perlu kalian ketahui, Pare itu PANAS! Jangan kira disini sejuk ya, sama aja panasnya ama di daerah JABODETABEK. Sopir menawarkan untuk langsung diantarkan ke tempat bimbel yang dituju. Pak sopir mengatakan, jika gw milih naek becak, ongkosnya akan lebih mahal dibanding diantar langsung. Dia pun mantap mengatakan “Saya antar langsung aja ya, 20 ribu. Kalo naek becak lagi mahal lho.” Gw yang udah punya pengalaman dengan becak stasiun yang cukup menguras kocek pun langsung mengiyakan. Becak disini cenderung mahal gan, dengan jarak yang ga seberapa bisa kena tariff 20-25 ribu. Jadi mending langsung dianter aja ya!
Simpang Lima Gumul
Nyampe depan lokasi Bimbel, gw pun menurunkan barang bawaan dan langsung membayar pak sopir. Tanpa ba bi bu lagi, gw langsung ke resepsionis untuk mengonfirmasi booking yang sudah gw lakukan sebelumnya. Tanpa diduga, si resepsionis langsung bilang “Oh, yaudah langsung placement test aja dulu ya” sambil tersenyum. Gw bengong. “Sekarang mba?” “Iya mas langsung aja masuk ya”. Badan dekil, kucel, keringetan, belom sarapan, belom mandi, belom nafas, udah disuruh tes -_-.
Masuklah gw ke ruangan tes, yang di dalamnya sedang ada beberapa orang juga yang sedang mengerjakan tes. Dengan mood dan kondisi yang seadanya, gw ngerjain placement test  yang terdiri dari reading, writing, dan speaking.  Setelah reading dan writing, gw disuruh masuk ke ruangan dalam untuk speaking test. Semua gw jalanin dengan slebor, sampai akhirnya gw dipanggil ama “pentolan” bimbel tersebut. “Mas Fathur untuk readingnya dari 13 soal Cuma bener 6, sedangkan syarat kita harus benar 7.” Gw diem. “Tapi untuk writing dan speakingnya, dinyatakan bagus walaupun perlu beberapa perbaikan. Jadi saya nyatakan selamat datang di IELTS Camp Test English School.” Gw senyum sembari bilang “Makasih mister!”. Gw datengin mba mba resepsionis tak berperikemanusiaan itu dan bilang “Saya lulus mba!”. Senyum kemenangan.
Test English School
Oh ya FYI, buat yang belum tau kaya apa Pare, kalian Cuma perlu ngebayangin sebuah kampung biasa di daerah Jawa gitu. Yang bikin unik adalah, kampung ini diisi oleh hampir ratusan bimbel yang menjamur dari ujung ke ujung. Adalah Mr Kalend, sang Pendiri Basic English Course (BEC), yang menjadi pionir dari kampung Inggris ini. BEC sampai sekarang menjadi lembaga bimbel terbesar disini, melahirkan berbagai lulusan yang menjadi pendiri bimbel-bimbel lain disekitarnya.
Jalan Lamtana
Ratusan bimbel ini sangat variatif, menyediakan berbagai program yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita. Entah itu dari segi level, waktu, durasi, isi, dan cara belajarnya. Saya mengambil Test English School karena memang reputasinya yang sudah menyebar luas. Padahal kalau dari segi biaya, bimbel ini termasuk mahal dibandingkan bimbel lainnya. Tapi harga memang tidak pernah bohong ya! Biaya masuk yang cenderung mahal tidak menyurutkan minat pendaftar, terbukti dengan adanya placement test yang gw ikuti, yang mengindikasikan seleksi peserta yang memang sudah “siap”. Karena program IELTS memang masuk ke dalam kategori Advanced English, bukan lagi Basic dan Intermediate.

Buat yang jarang merantau, siap siap dikagetkan dengan demam rumah yang siap menyerang ya! Ditambah dengan kondisi kamar asrama disini, bisa dibilang jauh lebih kecil dari yang ada di Jabodetabek. Kamar dengan ukuran 3x3 meter diisi oleh 4 orang. Untungnya gw udah biasa, jadi Cuma shock dikit.
My Lovely Dorm for the next 1 month
Budget yang gw keluarkan untuk tiba di lokasi tujuan kurang lebih segini
Rosalia Indah VIP Class 2-2 seat                      : 210.000
Mobil carry ke Pare                                        : 20.000
IELTS Camp 1 bulan + penginapan                 : 1.000.000
Sewa sepeda 1 bulan                                     : 80.000
Total                                                            : 1.310.000
Ini belum termasuk berbagai kebutuhan yang gw beli di jalan ya, termasuk beberapa hal yang sebenarnya cukup diluar dugaan (re: cemilan). Jadi kalo kalian nanya abis berapa, ya balik lagi ke kalian. Kalo doyan beli cemilan dan jajan, ya bakal abis banyak juga.

Makan disini masih sama murahnya kayak dulu, paling naik serebu dua rebu. Nasi Ayam Sambel Bawang Lalapan Cuma 7 rebu! Nasi Lele Sambel 6 rebu. Kacau dah harga disini, bisa bikin betah. Disini juga udah mulai banyak ATM ko, jadi jangan takut kehabisan dana. Mau nyewa motor juga ada, mau nyari kontrakan juga ada, mau ngelaundri juga ada. Apa-apa serba ada deh.

Gambaran Harga Makanan

Jadi, kapan kita kuy? #GenerasiAntiWacana

2 comments:

  1. Untuk yang di Jakarta, Bekasi dan Bogor atau Sentul...

    Izin numpang lapak untuk menaruh informasi ya. Punya IPK 3.0, lulusan S-1 & dibawah 35 tahun? Kami menjamin anda untuk memperoleh IELTS 7.5 & mendapatkan beasiswa 100% diluar negeri. 3000+ alumni sejak 1996, kuliah di 4 benua. Untuk tes institusional IELTS gratis & info beasiswa: 0813 1663 4102

    ReplyDelete
  2. Artikel yang sangat lengkap dan bagus! Ditunggu kedatangannya lagi di Kampung Inggris ya. :)

    ReplyDelete

Thanks for the comment ^^