Sunday, 9 June 2013

Pintaku

Ku berucap pada sang mentari pagi
Sambil menikmati indahnya hidup
"Maukah engkau bersenda gurau denganku?"
Sang mentari tak menjawab. Ia hanya diam

Sang mentari senja muncul dikala aku sedang termenung
"Apakah engkau sama dengan mentari pagi?" tanyaku
Namun sang mentari tak menjawab
Ia hanya bersinar lembut, memancarkan rona merah yang mempesona

Sang bulan hadir, bersama dengan gelapnya malam
Ah, andai saja aku mampu menyentuhnya
Keindahan yang begitu memabukkan
"Temani aku malam ini" pintaku padanya
Dan sang rembulan hanya membisu

Beribu bintang mengintip dari pekatnya malam
Keindahan mereka takkan hadir tanpa gelapnya malam
Mereka bercerita, saling menyapa satu sama lain
Dan aku hanya memandang mereka dari kejauhan

Perlahan, akulah yang sebenarnya menghilang
Sedang mereka tetap bersinar
Aku terlalu buta untuk melihat cahaya itu
Aku terlalu jauh terbuai oleh kefanaan

Jika aku butuh kegelapan untuk dapat mengagumi keindahanmu
Maka aku akan berharap sang mentari takkan terbit
Bersama dalam bayang-bayang semu
Aku akan terus mencari untuk secercah keindahan

3 comments:

  1. Er, well, after I read this a lot, I know that this poem, so touching. And, ya, well, this is really, er, beautiful. Yeah, no need to write the high diction for make a poem.
    And I still can not recognize what is this poem mean. Actually, I won't. :D
    Good job. Keep writing, buddy. And always tell me. ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. I don't care about what people think, I don't care about people's standard on what is artistic or not. For me, I rather define art by myself. Thanks by the way.

      Delete
  2. Er, yeah, you're right. Art is what do you think about art, about anything. Subjective thought.

    ReplyDelete

Thanks for the comment ^^