Hobi memang tak melulu harus searah dengan apa yang dijalani. Hobi nyeleneh juga sering dimiliki orang-orang, salah satunya adalah saya! Berlatar belakang seorang Siswa SMK Teknik Telekomunikasi, lalu berlanjut kuliah di jurusan Manajemen Pendidikan UNJ, saya memiliki hobi astronomi dan sains. Quite nonsense. Namun hal itu tidak menjadi hambatan untuk saya, banyak sekali forum-forum astronomi di internet yang dengan baik hati berbagi ilmu yang cenderung langka ini.
Btw, apa sih astronomi itu?? Astronomi itu adalah ilmu tertua di dunia, yang mulai ditemukan sejak zaman pra-sejarah. Catatan historis menunjukkan bahwa bangsa Sumeria, nenek moyangnya bangsa Babylonia telah memetakan berbagai catatan astronomi yang digunakan sebagai petunjuk musim panen dan sebagainya. Astronomi merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda di luar bumi. Ada banyak lagi cabang-cabang lainnya, seperti astrofisika, mempelajari matahari, galaksi, ekstra galaksi serta planetoid. Saya? Saya tidak menekuni cabang manapun, karena sebagai astronom amatir saya hanya penikmat astronomi secara keseluruhan. Banyak, amat sangat banyak sekali hal-hal dalam astronomi yang memaksa nalar bekerja diluar dimensi logika. Hal seperti itulah yang menarik minat saya dalam hal ini.
Sekitar 6 bulan yang lalu, saya memutuskan untuk membeli sebuah teleskop astronomi demi mendukung hobi saya. Yaa walaupun tidak terlalu mahal, setidaknya saya menggunakan tabungan sendiri dan tidak merepotkan orang lain. Setelah browsing cukup lama di internet, pilihan saya jatuh kepada Celestron Astromaster LT 70AZ. Sebuah teleskop refraktor keluaran Celestron yang mempunyai rating yang cukup tinggi dikalangan astronom amatir. Harganya cukup murah, jika dibandingkan dengan teleskop lain yang mencapai lima jutaan.
Astromaster LT 70AZ (Celestron.com) |
Yap, itulah teleskopnya. Spefikasinya lengkapnya bisa dilihat di sini. Peralatan yang didapat selain teleskop utamanya adalah red dot finder, alumunium tripod, serta 2 eye pieces masing-masing berukuran 10mm dan 20mm. Cukup basa basinya, saya langsung menyusun teleskop menjadi bentuk siap pakai. Tanpa ba bi bu lagi, saya langsung membawa teleskop ke halaman rumah. Objek pertama yang saya lihat di langit adalah sebuah bintang. Entah bintang apa, saya tidak perduli, langsung saja saya arahkan teleskopnya. Awalnya sangat sulit mencari setitik cahaya itu ditengah gelapnya langit malam. Namun ketika sudah terbidik, bintangnya tetap terlihat kecil. Namun perbedaan ada pada spektrum warna yang terlihat. Jika kita biasanya melihat bintang semuanya berwarna biru, dengan teleskop kita bisa membedakan warna bintang dengan cukup jelas. Awalnya saya cukup kecewa, karena tidak ada perbedaan yang berarti.
Tapi tidak berhenti disitu, saya terus berburu benda langit lainnya. Sampai saya menemukan sebuah planet yang cukup terang. Entah planet apa, saya langsung membidiknya. Dan voila! Sebuah planet Jupiter terlihat jelas dalam pandangan saya. Begitu indahnya, diringi oleh 3 satelitnya yang sangat kecil. Sebuah pemandangan yang amat mengagumkan. Kekecewaan terbayar sudah! Selanjutnya, bulan! Keker, daaan.. wow!
Moon (Celestron.com) |
Berhubung saya tidak punya peralatan astrofotografi, kurang lebih seperti ini penampakan bulan jika dilihat dengan Astromaster LT 70AZ. Magnificence! Pengalaman yang tidak terlupakan, disaat pertama kali menyaksikan kebesaran ciptaan Allah SWT dengan mata kepala sendiri.
Oh ya buat yang mau beli teleskop, harus dan diwajibkan untuk sangat selektif dalam memilih. Ada banyak pertimbangan yang harus dilihat. Untuk lebih lengkapnya, silahkan kunjungi Langit Selatan. Ada banyak sekali informasi yang tersedia disana. Bisa juga follow twitternya @langitselatan untuk nanya langsung. Adminnya itu rata-rata alumni Astronomi ITB lho! Selamat menikmati langit malam ^^
Wah, mantab mas Fathur atas ulasannya.
ReplyDeleteBtw, klo lihat nebula atau saturnus bisa kelihatan jelas ga ya mas?
Terima kasih.
Terima kasih telah mampir mas Ahmad ^^
DeleteKalo Saturnus, belum bisa jelas mas. Sedangkan Nebula setau saya masuk ke deep-space object, jadi perlu teleskop yang lebih kuat. Apalagi polusi cahaya Jakarta :D