Yoo.. It's been two months since my last post. Nothing's really come up into my mind, so I didn't bother to write it down. But now, something has happened! Ya, pelajaran.
Takdir dan Masa Depan. Sama? Atau beda? Dua hal ini sering bikin gw bingung. Entah gimana, tapi konsep keduanya sering berlawanan dalam pemikiran gw. Apakah manusia punya masa depan? Atau manusia "cuma" punya takdir yang udah ditentukan Sang Pencipta? Pertanyaan ini bikin gw mikir lama, yang bikin gw sedikit keder melihat kehidupan ini.
Gan, ada yang tau Madzhab Mu'tazillah? Buat yang belajar Sejarah Islam, pasti tau aliran-aliran yang dulu ada dan berkembang dalam Islam. Yup, aliran ini cukup menarik. Rasio mendapatkan porsi besar dalam pemahaman mereka mengenai banyak hal. Intinya buat mereka, hukum sebab-akibat itu mutlak. Ga akan terjadi jika ga ada penyebabnya. Segala sesuatu dapat diukur dengan akal. Sampe suatu saat, ada seorang murid yang cerdas yang berguru kepada dedengkotnya Mu'tazillah. Sang murid bertanya kepada sang guru, "Apakah yang akan terjadi ketika seorang laki-laki dewasa meninggal dalam keadaan maksiat kepada Allah?". "Dia akan masuk neraka karena dosa-dosanya." jawab sang guru. "Bagaimana jika seorang anak kecil meninggal karena sebuah kecelakaan?" tanya sang murid lagi. "Dia akan masuk surga karena dia masih suci." terang sang guru. Lalu si murid bertanya lagi, "Mengapa Allah SWT, dengan segala Kemahakuasaan-Nya tidak mencabut nyawa si orang dewasa tadi saat dia masih kecil, dan malah membiarkannya tumbuh dewasa dan melakukan maksiat?". Dan sang guru pun terdiam.
Itu sepenggal cerita yang gw dapet dari buku Teologi Islam karya Harun Nasution. Cerita tentang awal mula paham Asy'ariah, cikal bakal aliran Ahlussunnah Wal Jama'ah. Yup, sang murid tadi tiada lain adalah pendiri paham Asy'ariyah. Setelah dialog itu, sang murid langsung meninggalkan kepercayaannya pada "rasio" Mu'tazillah. Bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak dapat dijelaskan dengan rasio dan akal semata, seperti contoh konsep takdir tadi. Maka Ahlussunnah Wal Jama'ah pun memberikan porsi yang cukup kepada rasio, tidak berlebihan.
Namun timbul pertanyaan atas dialog diatas. "Benar juga ya, kenapa ga diwafatkan selagi kecil aja biar ga berbuat maksiat?" dalam benak kita pasti ada sekilas pemikiran ini. Sama seperti cerita Nabi Khidir, yang membunuh anak kecil karena mengetahui "takdir" sang anak yang nantinya akan membuat kedua orangtuanya kafir. Apakah manusia benar-benar memiliki masa depannya sendiri? Atau itu hanyalah takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT? Such a mind-blowing question, isn't it?
Ditambah lagi, gw pernah baca kitabnya Imam Al-Qurthubi ra. yang judulnya "Rahasia Kematian, Alam Akhirat dan Kiamat".
Kurang horor apa coba nih kitab -,- nah abis baca-baca, gw nemuin hadits keren. Bunyinya kurang lebih gini "Tiap-tiap rantai di neraka telah memiliki nama pemiliknya masing-masing." Jadi..... adakah nama kita disana? Buat apa hidup dan beribadah, ketika kepastian telah ada dalam takdir-Nya? Terus ada cerita, bahwa orang yang membunuh 100 orang pun akhirnya dapat mati dengan khusnul khotimah, sedangkan orang yang beribadah sepanjang hidupnya malah berakhir dengan su'ul khotimah. Apakah itu yang disebut masa depan? Atau itu yang disebut takdir? Bingung? SAMA!
Setelah mencari-cari akan jawaban itu, gw sampai pada satu kesimpulan. "Semua hanyalah masalah perspektif". Jangan bahas takdir kita, itumah ranahnya Allah SWT. Bukan tidak percaya, kita HARUS percaya akan Qadha & Qadar-Nya. Tapi ketika kata "takdir" muncul, biarkan itu menjadi kuasa-Nya semata. Tapiii, ketika ada kata "masa depan", itu baru ranah kita. Kita menyebut esok itu masa depan, sedangkan Allah SWT menyebutnya takdir. Manusia itu tugasnya untuk menjemput masa depan itu, dengan kemungkinan yang tak terbatas. Anda boleh memilih cara anda untuk hidup, tetapi tujuan anda tetaplah surga-Nya.
Yup, thanks Master Oogway atas kata-kata mutiaranya. Bener banget, besok itu adalah sebuah misteri. Yang wajib untuk manusia adalah menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya, karena hari ini adalah "hadiah. Sekali lagi, pandanglah masa depan anda, jangan mencoba menebak takdir anda. Jangan mengambil tugasnya Allah SWT atas diri kita, jalani sebaik mungkin. Masa depan, dengan segala kemungkingan yang terjadi, adalah milik anda. Baik atau jahat, bagus atau jelek, berhasil atau gagal, it's your choices.
"Jika anda terlahir miskin, itu bukan kesalahan anda. Tetapi jika anda mati dalam keadaan miskin, itu sepenuhnya adalah kesalahan anda" Anonymous.
quote yg terakhir itu baru bikin gue paham soal takdir sama masa depan Thur^^ haha keren keren
ReplyDeletehaha yup. Penjelasannya agak ribet ya, tapi itu sih yang gw pikirin shel. Belum pandai menulis nih ^^
Deleteya ya.. subhanallah :)
ReplyDelete