Malang, kabupaten dengan sejuta pesona yang menarik untuk dikunjungi. Kota Batu yang sejuk, kota Malang yang asri, Pulau Sempu yang menawan. Destinasi saya kali ini adalah Pulau Sempu yang terletak di ujung selatan kabupaten Malang, tepatnya di dekat pantai Sendang Biru, Desa Sumber Manjing.
Saat itu matahari telah meninggi, waktu menunjukkan pukul 9 pagi di Desa Tulung Rejo, Kediri atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kampung Inggris. Saya bersama kawan-kawan bersiap untuk berangkat ke Malang menggunakan sepeda motor. Antusiasme saya begitu tinggi, mengingat ini adalah kali pertama saya touring menggunakan sepeda motor beramai-ramai.
Perjalanan kami mulai pukul 9.30, saya bersama teman-teman yang berjumlah kurang lebih 13 orang mulai memacu kendaraan kami. Butuh sekitar 6 jam untuk mencapai bibir pantai Sendang Biru. Beberapa kali kami beristirahat untuk berbelanja kebutuhan dan peralatan. Melewati kota Batu memberikan sensasi sejuk yang amat sangat menyenangkan, dihiasi dengan berbagai tanaman hijau dan bunga kuning yang sedang mekar (entah bunga apa) dan aliran sungai nan jernih. Sebuah hiburan yang berarti untuk melepas lelah sejenak. Sempat ada sedikit accident di jalan, salah satu teman saya motornya terpeleset dan terjatuh. Untungnya tidak ada luka serius.
Pukul 16.30 kami tiba di pantai Sendang Biru. Cukup indah, walaupun terletak jauh di pelosok selatan Malang. Masih banyak elang laut yang berkeliaran mencari makan. Lalu kami bersiap-siap, memarkir motor dan langsung naik perahu menyebrang ke bibir timur pulau Sempu. Destinasi kami adalah sebuah laguna di ujung satunya, namanya Segara Anakan. Fajar mulai tenggelam dan kamipun memulai perjalanan yang takkan pernah bisa dilupakan, dan disinilah kesalahan fatal kami terjadi.
Pulau Sempu (wikipedia) |
Ya, kami memulai perjalanan disaat matahari tenggelam, dan itu bukanlah sesuatu yang baik. Berhubung salah satu teman saya sudah pernah kesana 3 kali, maka kami percaya dan tak berfikir panjang untuk mengikutinya. Perjalanan baru dimulai 7 menit dari bibir pantai, kami sudah dihadang oleh jalan lumpur yang sangat merepotkan. Kedalamannya bisa sampai lutut orang dewasa. Langkah demi langkah terasa begitu berat karena lumpur yang menahan kaki kami. Sandal gunung dan sepatu pun tak berguna dan terpaksa harus dilepas. Itu adalah musim hujan, musim yang kemudian kami ketahui kemudian sebagai musim terburuk untuk berkunjung kesana.
Lock and Load! |
Perjalanan berlangsung 13 menit, dan saya sudah letih menanjak jalan yang licin dan berlumpur. Ditambah dengan gelapnya malam, senter yang ada tidak banyak membantu. Berkali kali saya dan teman tergelincir. Tak pernah saya mengira medannya akan seburuk ini. Sebelumnya di pantai Sendang Biru, bapak pemandu juga telah mengingatkan kami untuk tidak berangkat sore hari karena bahkan perjalanan paling cepat akan memakan waktu sekitar 2 jam.. Namun, itu tinggal kenangan yang saya sesali berkali kali. Lumpur, jalan yang licin serta gelapnya malam membuat saya putus asa ditengah perjalanan.
Medan Perang (Siang) |
Tanpa tahu arah pasti yang dituju, saya mencoba terus melanjutkan perjalanan. Meraba dahan pohon untuk menjadi pegangan, berharap mendengar desiran laguna yang dituju. Namun suara desiran itu tak kunjung terdengar. Tiba-tiba saya tergelincir dengan cukup keras dan tangan saya menghantam batang pohon yang telah tumbang. Tangan saya tergores cukup dalam. Teman saya memberikan tisu dan membersihkan luka saya. Perjalanan kembali berlanjut, berkali kali saya berhenti dan meminta minum. Jujur saya adalah yang paling lemah di kelompok, jadi saya mesti beristirahat berkali kali.
Tiba-tiba, hujan turun yang secara perlahan menjadi cukup deras. Namun, apa perduli kami? Kami terus berjalan dalam gelap malam, berharap sebuah suara deburan ombak. Namun tidak ada apapun. Tidak ada. Kami terus berjalan dengan lambatnya. Mulai terbesit keraguan dalam hati kami mengenai pemimpin rombongan, apakah dia sebenarnya tahu jalan atau tidak. Karena tidak ada tanda pasti yang menunjukkan kami berada dalam trek yang tepat. Keadaan mulai memanas ketika salah satu teman saya menanyakan jalan kepada ketua rombongan, yang dijawab dengan nada emosi "Kalo ga percaya, yaudah cari jalan ajah sendiri sana!" Ya, kami putus asa. Saya sangat depresi, mengingat mental yang tidak terlatih serta fisik yang sudah sangat lelah.
Waktu menunjukkan pukul 11.00 malam, kami masih berjalan menelusuri hutan. Bayangkan, sudah hampir 5 jam kami berjalan tapi tak kunjung sampai. Akhirnya kami berunding dan memutuskan untuk beristirahat ditengah hutan sambil menunggu datangnya pagi. Setidaknya, pagi akan jauh lebih baik dengan kehadiran sang surya sebagai penunjuk jalan. Kami pun duduk dan mencari posisi masing-masing, tanpa perduli apapun lagi. Teman saya tertidur diatas kubangan lumpur. Saya bersandar ke sebuah batang pohon. Tidak ada yang perduli apa dan bagaimana, kami semua tertidur dalam pelukan sang alam.
Waktu menunjukkan pukul 05.30, alarm hape saya yang ternyata masih hidup berbunyi dari dalam tas. Saya dengan polosnya membawa tas ransel sekolah yang hanya bertahan setengah jam sebelum talinya putus diawal perjalanan. Kami terbangun, dengan penuh lumpur di sekujur tubuh kami. Lumpur yang sudah semalaman melekat itu menjadi begitu lengket sehingga sulit dicabut dari kulit tanpa menarik bulu. Belum ada keceriaan diwajah kami, namun setidaknya kami sudah segar dan bisa melihat sekitar dengan jelas. Perjalanan kami lanjutkan.
Pukul 7.30, suara desiran ombak terdengar! Saya langsung tersenyum dengan lebar dan bersemangat untuk cepat sampai. Sekitar pukul 8.30, saya sampai di Segara Anakan, laguna yang ada diujung pulau Sempu. Tidak begitu lebar, namun sangat indah. Sudah ada beberapa orang yang berenang dan mendirikan tenda di pinggir pantainya. Terlihat sebuah celah batu karang menjadi tempat masuknya air laut ke dalam laguna. Sampai!
Segara Anakan |
Segara Anakan(dari atas karang) |
Agenda pertama: bersihin badan! Lumpur berceceran dimana-mana, dari muka sampai jempol kaki. Saya langsung nyebur, lalu berteriak sedikit karena lupa akan luka menganga yang bertemu dengan air asin. Sakit.
Korban Perang |
Setelah bersih dan main air sebentar, saya mencari tempat teduh untuk beristirahat. Matahari bersinar dengan indahnya(re:terik), saya menggelar sebuah kain di bawah pohon sambil merebahkan badan, lalu pulas tertidur.
Korban Perang 2 |
Bangun-bangun, matahari sudah diatas ubun-ubun. Teriknya bukan main, namanya juga negara tropis. Saya bangun dan memutuskan untuk berkeliling sedikit. Naik ke bebatuan karang, lalu saya tertegun sejenak. Pemandangan didepan saya, hamparan samudera Hindia yang begitu luas, begitu biru dan begitu mempesona. Subhanallah!
Keindahan Alam |
Berani terjun? |
Malam pun tiba, kami semua sibuk menyiapkan makanan. Ada yang sibuk menyiapkan kompor portable, mencari-cari bungkusan hingga mencicipi makanannya. Nasi, sarden kalengan dan pangsit menjadi menu makan malam kami. Ditambah beberapa butir pasir pantai yang masuk, kami menyantap makan malam dengan lahapnya. Modelnya seperti liwetan, memanjang dengan alas kertas nasi. Sesekali bunyi pasir yang tergigit muncul disertai suara "aduh". Makan malam yang indah.
Mari Memasak! |
Setelah puas menyantap hidangan resto bintang 5, kami membuat api unggun. Minyak tanahnya sudah dipersiapkan sebelumnya, jadi tinggal nyari kayu. Kami berkeliling, bercerita sambi bersenda gurau menikmati ketentraman alam. Saya merebahkan badan diatas pasir, dan menyaksikan salah satu pemandangan terindah dalam hidup saya: langit malam di pulau Sempu. Jutaan bintang memenuhi langit, seolah mustahil untuk menghitungnya. Polusi cahaya yang sangat sedikit menghasilkan detail langit malam yang sangat menakjubkan. Terlihat dengan jelas rasi Orion dengan Aldebaran dan Betelgeuse nya yang bersinar sangat indah. Lalu ada banyak sekali bintang jatuh yang melintas. Namun kemudian, perhatian saya tertuju pada satu objek seperti planet kecil yang bergerak secara perlahan melintasi cakrawala. Saya bingung dan bertanya-tanya, benda apa itu? Bintang jatuh? Terlalu lambat. Pesawat? tidak mungkin lampunya sekecil itu. Lagipula benda itu tidak berkedip. Belakangan saya tahu bahwa itu adalah satelit. Ya, anda bisa melihat sebuah satelit di langit sempu! Malam itu, saya tertidur diluar tenda dengan ditemani jutaan bintang yang setia berhias di langit nan jauh disana.
3 hari 2 malam total saya menginap di pulau Sempu. Pagi hari, kami bersiap untuk perjalanan pulang. Saya tak henti henti berfikir akan seperti apa perjalanan nanti. Trauma mungkin. Sudahlah, saya tidak perduli. Yang penting foto duluu!
Mantaap! |
Perjalanan pulang dimulai. Ditengah jalan, kami terpisah menjadi 2 kelompok. Saya bersama 5 orang berada dibelakang. Kami semua tidak ada yang tahu jalan pulau itu, jadi kami mengikuti rombongan yang lewat. Setelah sekitar 4 jam, kami tiba di bibir pantai. Melelahkan! Air minum pun sudah habis. Kami duduk di pinggir pantai, menunggu perahu menjemput kami.
Perjalanan pulang kami mulai sekitar pukul 16.30, yang mana merupakan waktu yang kurang tepat. Kami sempat mampir di sebuah resto di kota Malang untuk makan malam. Lalu melanjutkan perjalanan ke Kampung Inggris. Pukul 11.00 malam, kami mulai memasuki kota Batu, yang secara mengejutkan tertutupi oleh kabut yang amat tebal. Teman saya yang sering lewat jalan itu lalu mengambil posisi didepan rombongan. Perjalanan yang cukup mengerikan, karena dipinggir kami ada jurang yang cukup dalam. Jaket dan baju berlapis yang saya gunakan tak mampu menahan hawa dingin yang masuk. Kami memacu motor dengan kecepatan maks 60 Km/jam. Pukul 1.40 dini hari, kami sampai di Kampung Inggris. Sebuah perjalanan yang tak akan pernah terlupakan, yang nantinya akan menjadi cerita kelak dihari tua. Di Pulau Sempu, Sejarah Itu Terukir. Fin~
gokiiil, seru banget !!! itu laguna indah banget. lain kali kalo pergi mending ikutin petunjuk pemandunya, jangan maen jalan sendiri aja haha :p
ReplyDeletetapi keren kok tuh perjalanan + pengalamannya (y) jadi ke pengen.
Haha siip lah, buat pelajaran untuk travelling selanjutnya xD thanks
DeleteGue pas kemarin ke Sempu nggak ke Segara Anakannya thur. Cuma nyeberang, terus main-main di pulaunya, fufu.
ReplyDeleteKeep writing anyway! :D
Sayang sekali cha, bagus lho Segara Anakan nya. haha. Yoi, Bismillah blog kali ini baka niat deh :3
DeleteI'm not sure for my comment, I don't know what should I write here. O, so envious >,<
ReplyDeleteI hate you, Thur!!! Next time, you must take me if you wanna go to Malang or traveling to everywhere. Huhuhuhu
Actually, I'm afraid too cause my stamina isn't fit like you are. ==/